Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji (FIKP-UMRAH), menggelar Pelatihan Konservasi bertaraf Internasional, Training Course on Marine Endangered Species (Marine Mammals and Sea Turtles) of Tropical Asia (MESTA) for Effective Conservation.

TANJUNGPINANG – Acara tersebut bekerjasama dengan First Institute of Oceanography (FIO) Minister of Natural Resources China. Berlangsung di Tanjungpinang mulai dari 28 Juni 2019 hingga 3 Juli 2019.

MESTA ini dihadiri pakar-pakar konservasi, dan peserta yang berasal dari China, Bangladesh, Malaysia, Thailand, Kamboja, Brunei dan Indonesia sendiri.

Rektor UMRAH, Prof. Dr. Syafsir Akhlus membuka secara resmi Training Course MESTA, yang diawali dengan jamuan makan malam pada Kamis (27/6) malam bertempat di Restoran Seafood Sei Enam Teluk Keriting Tanjungpinang.

Dalam sambutannya, Rektor Prof. Dr. Syafsir Akhlus mengatakan, bahwa ketika kita melihat Hewan mamalia laut seperti lumba-lumba, dugong dan Penyu itu hidupnya bersifat Borderless di laut, tidak seperti manusia yang mesti punya paspor untuk berpindah dari satu negara ke negara lainnya.

”Maka menjadi tanggungjawab kita, sebagai manusia untuk melindungi kehidupan mereka. Sebab itu kita harus kita harus melakukan kajian-kajian, tentang bagaimana konservasi terhadap mereka dilakukan supaya habitat fauna laut ini semakin baik,” ujar Prof. Dr. Syafsir Akhlus, kepada para peserta dari berbilang bangsa Asia ini.

Dekan FIKP-UMRAH, Dr. Agung Dhamar Syakti dalam kesempatan yang sama menjelaskan, bahwa pelatihan ini diadakan oleh FIKP UMRAH agar mendapatkan data-data saintifik yang akurat mengenai spesies laut yang mulai punah atau disebut Marine Endangered species.

”Dimana, di Kepri kita mempunyai dugong, lumba-lumba, dan penyu hijau yang harus kita konservasi. Nah, untuk bisa kita konservasi tentu kita membutuhkan satu basis data yang akurat,” ujar Dr. Agung Dhamar Syakti.

Menurut pakar Bioremediasi dan Marine Debris ini, dalam satu minggu ke depan pelatihan ini akan diisi oleh para pakar dari berbagai negara di asia pasifik, dari China, Malaysia, Thailand, Brunei.

Ketiga negara ini, akan memberikan materi kepada peserta yang berasal dari negara asia pasifik dan tentunya dari Indonesia sendiri.

”Sehingga nantinya, mereka dapat memahami teknik observasi mamalia laut yang dalam status punah ini. Untuk bisa dikelola lebih baik data-datanya dengan akurat,” pungkas Dr. Agung.

Prof. Xuelei Zhang perwakilan dari FIO sebagai co-organizer MESTA ini mengatakan, bahwa pihaknya berkolaborasi dengan FIKP-UMRAH dengan tujuan agar ada upaya bersama dari serantau Asia ini untuk bahu membahu dalam upaya konservasi Marine Endangered spesies ini, serta memungkinkan adanya pendekatan terintegrasi pada Kajian-kajian ke depan.

“Dengan dukungan sponsor dari Asean China Maritime Cooperation Fund, IOC WESTPAC Unesco, serta sponsor lokal seperti Banyan Tree dan Pemerintah Daerah. Karena mereka menyadari isu yang penting ini. Jalinan Interaksi inilah yang menjadi penting karena kegiatan ini, menghubungkan orang-orang yang berada di kesadaran yang sama untuk bertindak menyikapi isu penting ini,” ujar Prof. Xuelei. (ADLY ‘BARA’ HANANI)

Source